Teknologi Multimedia dalam Dunia Kesehatan


Teknologi Multimedia dalam Dunia Kesehatan


Pada era global saat ini, kebutuhan informasi sudah menjadi kebutuhan umum masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya zaman dan disertai majunya teknologi telah banyak membantu dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya yaitu dengan adanya kombinasi alat komunikasi yang ada sekarang ini dengan media pendukung berupa komputer akan memiliki nilai tambah dan memungkinkan orang untuk menyimpan data yang lebih banyak. Disamping itu, kelengkapan fasilitas yang ada dalam komputer sangat membantu pemenuhan kebutuhan telekomunikasi dan informasi.
 Perkembangan teknologi yang pesat telah merambah kesemua sektor termasuk kesehatan. Pemanfaatan komputer dalam bidang kesehatan ini berawal dari otomasi di bidang administatif, dilanjutkan dalam produktivitas secara departemen misalnya didala laboratorium peberdayaan dalam kesehatan. Sistem informasi saat ini diperluas bukan hanya pada pemakaian internal saja, melainkan juga pemakaian eksternal (pengunjung) agar pasien yang sedang menginap di rumah sakit dimudahkan untuk mencari data. Teknologi ini juga diterapkan pada peralatan-peralatan medis, misalnya pad CT scan (Computer Tomography) dan juga USG. Perkembangan teknologi dibidang kesehatan berimplikasi pada perkembangan jenis penyakit dan banyaknya macam dan jenis obat. Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan multimedia dalam bidang kesehatan : 

1.     Elektrokardiogram (EKG)


Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kodisi jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf.
Hal-hal yang dapat diketahui dari pemeriksaan EKG adalah,  Denyut dan irama jantung, Posisi jantung di dalam rongga dada, Penebalan otot jantung (hipertrofi), Kerusakan bagian jantung, Gangguan aliran darah di dalam jantung, Pola aktifitas listrik jantung yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung
Sinyal EKG terdiri dari gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T (diperlihatkan pada gambar di bawah ini digunakan untuk mendeteksi kelainan jantung atau aritmia (arrythmia). Urutan terjadinya sinyal EKG yang dapat menimbulkan gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T adalah sebagai berikut, Setiap siklus kontraksi dan relaksasi jantung dimulai dengan depolarisasi spontan pada nodus. Peristiwa ini tidak tampak pada rekaman EKG. Gelombang P merekam peristiwa depolarisasi dan kontraksi atrium (atria contract). Bagian pertama gelombang P menggambarkan aktivitas atrium kanan; bagian kedua mencerminkan aktivitas atrium kiri.
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.
Gelombang yangg timbul akibat depolarisasi dan repolarisasi miokardium akan direkam pada kertas EKG. Glb tersb mpy 3 sifat, Durasi,  diukur dalam seperbagian detik (waktu), Amplitudo, diukur dalam millivolts (mV) (voltage). Konfigurasi tersebut, criteria subjektif sehubungan dengan bentuk dan gambaran sebuah gelombang.
Sinyal EKG terdiri dari 4 jenis :
    1.     GELOMBANG P : Rekaman depolarisasi di miokardium atrium sejak dari awal sampai akhir. Oleh karena SA node terletak di atrium kanan, otomatis atrium kanan lebih dulu terdepolarisasi daripada atrium kiri. Shg bagian gel.P pertama menunjukkan depolarisasi atrium kanan, dan bagian yang kedua menunjukkan depolarisasi atrium kiri.
    2.     KOMPLEKS QRS : merupakan rekaman depolarisasi di ventrikel sejak dari awal sampai akhir. Amplitudo kompleks QRS jauh lebih besar dari gelombang P, sebab ventrikel jauh lebih besar daripada atrium.
Bagian-bagian kompleks QRS :
Penamaannya :
Kalau defleksi (letupan) pertama ke bawah, disebut gelombang Q
Kalau defleksi pertama ke atas, disebut gelombang R
Kalau ada defleksi ke atas kedua, disebut gelombang R’ (R-pelengkap = R-prime)
Defleksi ke bawah pertama setelah defleksi ke atas, disebut gelombang S
Arti penamaan
Kompleks QRS biasanya digambarkan dalam EKG sebanyak 3 defleksi, namun ada juga yang 2 defleksi saja.
Defleksi pertama menggambarkan peristiwa depolarisasi septum interventrikulare oleh fasikulus septal dari cabang kiri berkas.
Defleksi kedua dan ketiga menggambarkan depolarisasi ventrikel kiri dan kanan.
3   .    GELOMBANG T : Rekaman repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Catt: sebenarnya juga ada glb.repolarisasi atrium, namun timbulnya bertepatan dengan depolarisasi ventrikel dan tertutup oleh kompleks QRS yang lebih mencolok.
4   .   GELOMBANG U : Perpanjangan gelombang T yang menunjukkan repolarisasi ventrikel dari awal sampai akhir. Gelombang ini kadang ada kadang tidak. Hanya muncul sewaktu waktu dan tidak memberikan kelainan klinis, namun bisa terdapat pada keadaan patologis.
Garis EKG
Ada 2 jenis penamaan : interval dan segmen.
interval : paling sedikit mencakup satu gelombang ditambah garis lurus penghubungnya.
segmen : garis lurus yang menghubungkan 2 gelombang.
Interval PR/PQ = gelombang P + garis lurus yang menghubungkannya dg kompleks QRS. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi atrium sampai pada mulainya depolarisasi ventrikel.
·       Segmen PR/PQ = garis di antara gelombang P dengan kompleks QRS, menunjukkan waktu akhir depolarisasi atrium sampai mulainya depolarisasi ventrikel (ventrikel aktif).
·     Segmen ST = garis lurus dari akhir kompleks QRS dg bagian awal glb.T. Fungsi : mengukur waktu antara akhir depolarisasi ventrikel sampai pada mulainya repolarisasi ventrikel.
Garis Isoelektrik = garis lurus yang sejajar dengan segmen PQ dengan segmen ST. Jika Segmen ST di atas garis isoelektrik disebut ST elevasi, jika di bawah disebut ST depresi.
·       Interval QT = meliputi kompleks QRS, segmen ST dan gelombang T. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel.
·       Interval QU = meliputi kompleks QRS, segmen ST, gelombang T dan U. Fungsi : mengukur waktu dari permulaan depolarisasi ventrikel sampai akhir repolarisasi ventrikel (akhir gelombang U).

2.     Ultrasonografi (USG)




Ultrasonografi atau yang biasa dikenal dengan sebutan USG, umumnya adalah teknik pencitraan medis yang digunakan untuk menggambarkan struktur, ukuran dan hampir setiap detail patologis dari otot, tendon, dan organ-organ internal lainnya. Dan seringkali juga digunakan untuk memvisualisasikan janin dalam kandungan. Gambar yang dihasilkan dari alat canggih tersebut berasal dari gelombang suara dengan Frekuensi yang sangat tinggi.
Terdapat 3 jenis USG yang umumnya digunakan, yaitu:
·       USG eksternal. Jenis USG ini menggunakan alat bantu bernama probe yang dilengkapi sensor pada ujungnya, agar dapat menangkap gelombang suara dari permukaan kulit. USG eksternal dapat digunakan untuk memeriksa kelainan pada organ tubuh tertentu, seperti ginjal, hati, payudara, atau rahim, serta melihat bagian dalam leher dan sendi. Selain itu, USG eksternal juga biasanya digunakan untuk memantau kondisi janin saat kehamilan.
·       USG internal. Salah satu contoh USG internal adalah USG transvaginal. Jenis USG ini dilakukan dengan memasukkan probe berukuran selebar dua jari melalui vagina. Dokter akan menyarankan USG internal untuk memeriksa kondisi organ daerah panggul, seperti rahim dan indung telur. 
·   USG endoskopi. Jenis USG ini menggunakan alat bernama endoskopi, yaitu alat berbentuk seperti selang tipis, panjang, dan fleksibel yang dilengkapi dengan kamera, lampu, dan sensor USG di ujungnya. Alat ini dimasukkan melalui mulut untuk memeriksa organ bagian atas, seperti kerongkongan hingga lambung.

3.     CT SCAN (Computer Tomography)


CT scan (computed tomography) adalah pemeriksaan medis yang menggunakan teknologi sinar X dan komputer sekaligus. Pemeriksaan ini membuat tim medis dapat melihat apa yang terjadi di dalam tubuh pasien. Bisa dibilang CT scan adalah alat yang digunakan untuk membaca kondisi tubuh seseorang. Pemeriksaan ini lebih jelas serta lebih rinci ketimbang pemeriksaan rontgen. CT scan umumnya digunakan sebagai alat bantu diagnosis, panduan untuk melakukan tindakan selanjutnya, serta memantau kondisi sebelum dan sesudah terapi. Untuk mendapatkan citra dari organ yang lebih jelas, terkadang diperlukan kontras yang diberikan melalui suntikan di pembuluh darah atau diminum.

Indikasi dan Kontraindikasi CT Scan

Berikut ini contoh penerapan metode CT scan pada sejumlah organ tubuh, di antaranya adalah:
  • Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker paru, penyebaran kanker dari organ lain ke daerah dada, atau masalah pada jantung, kerongkongan (esofagus), dan pembuluh darah besar (aorta).
  • Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses, tumor, perdarahan, aneurisma, benda asing, dan pembesaran kelenjar getah bening, atau melihat adanya divertikulitisserta radang usus buntu.
  • Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di dalam saluran kemih, batu ginjal, batu kandung kemih, penyakit terkait lainnya.
  • Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim, indung telur, saluran tuba, atau kelenjar prostat.
  • Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi lengan, bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, paha, tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau kaki.
  • Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan dan keretakan tulang tengkorak setelah cedera kepala.
  • Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang belakang, serta melihat keadaan saraf tulang belakang.

Secara umum, CT scan merupakan pemeriksaan yang aman, cepat, dan tanpa rasa sakit. Namun, CT scan sebaiknya tidak dilakukan pada ibu hamil karena paparan sinar radiasi dapat menimbulkan bahaya terhadap janin. Penggunaan kontras pada CT scan juga perlu dipertimbangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan alergi terhadap kontras.




Sumber :




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suara Bising (bisa) BIkin Sakit Jantung